Dia, memang selalu berusaha menjadi Tuhan buat dirinya sendiri. Tahu segalanya, bisa mengendalikan apa saja dan menguasainya.
Tuhan dalam keyakinan yang sebenar-benarnya harus disembah. Tuhan pada diri dia, juga minta dipuja dan dipuji. Bahkan ketika berhasil membuat segala sesuatunya teratur namun nihil pujian melainkan muncul omelan, dia murka.
Semua percaya dan yakin bahwa memang ada kerajaan langit atau kerajaan sorga. Sebagai wakil di bumi, dia juga punya kerajaannya sendiri. Usahanya ya menguasai, memimpin, kadang memutuskan nasib seseorang dalam sebuah tatanan. Tapi, sekali, dua kali, sampai ketagihan, dia korupsi.
Penguasa kerajaan langit atau kerajaan sorga, tak perlu bahkan tidak akan pernah diganti. Sebab Raja tidak beranak dan tidak diperanakkan. Sementara raja di dunia, terus mengalami pergantian selama kerajaan itu masih ada.
Tahta, turun-temurun dari kakeknya, bapaknya, anak laki-lakinya, cucu laki-lakinya, hingga ke cicit lakinya. Terus begitu selama kerajaan itu masih berlangsung penguasaannya dalam tatanan yang akrab disebut pemerintahan. Makanya, sering digadang-gadang 'raja anu' diyakini sebagai titisan tuhan dan penerusnya adalah anak keturunan tuhan hingga pantas menjadi raja.
Demokrasi pun dijunjung dengan menyebut sistem ini sebagai bentuk 'modern' penguasaan seseorang terhadap hajat hidup orang banyak bahkan banyak sekali. Ini, kudu dikompetisikan dalam hajatan bernama Pemilu.
Tuhan harus modern juga !
Tuhan pun, akhirnya jadi brengsek dan terperosok jurang dosa. Proses demokrasi yang menginginkan tampuk kekuasaan digilir, perlu duit banyak. Umatnya pun dibohongi. Ga tahu dengan dasar apa tanah tempat umat tinggal, hidup dan mati, dikontrakin murah-murah. Sudah begitu, duitnya pun dikentit buat modal ngebohongi umat di pemilu mendatang.
Tuan, kamu sudah khianat. Lantas kemana lagi aku harus mencari surgamu? Sedangkan kalau menuju nerakamu gampang sekali jalannya.
Cukup menggampar muka orang di depan umum, sudah bisa mengantar ke dalam bui di mana di dalamnya sudah menunggu iblis-iblis yang juga mampu memberikan siksaan bak neraka.
"Bukan cuma ditonjokin atau Disodomi. Dipaksa onani dengan obat gosok pun aku pernah," kata seorang mantan narapidana dengan kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur.
Tuhan, memang menitis di dalam diri siapa saja. Namun, sifat ketuhanan yang ada di dalam diri manusia, jauh dari lengkap. Makanya, ada ungkapan 'tak ada manusia yang sempurna'.
Lantas, kalau tuhan saja bisa salah, khilaf dan terperosok dalam jurang dosa, pada siapa umatnya menyandarkan harapan untuk meraih surganya. Gampang, ikut jadi brengsek saja sekalian biar bisa tidur di hotel mewah. Toh, dewa keadilan juga sudah tidur pulas usai berzinah dengan pelacur cantik dan menghisap candu.
Itu tuh, dia. Bisa dilecehkan oleh lembaran kertas yang kata orang itu adalah duit. Tapi Tuhan yang sebenarnya, siapa yang tahu ?
Tuhan dalam keyakinan yang sebenar-benarnya harus disembah. Tuhan pada diri dia, juga minta dipuja dan dipuji. Bahkan ketika berhasil membuat segala sesuatunya teratur namun nihil pujian melainkan muncul omelan, dia murka.
Semua percaya dan yakin bahwa memang ada kerajaan langit atau kerajaan sorga. Sebagai wakil di bumi, dia juga punya kerajaannya sendiri. Usahanya ya menguasai, memimpin, kadang memutuskan nasib seseorang dalam sebuah tatanan. Tapi, sekali, dua kali, sampai ketagihan, dia korupsi.
Penguasa kerajaan langit atau kerajaan sorga, tak perlu bahkan tidak akan pernah diganti. Sebab Raja tidak beranak dan tidak diperanakkan. Sementara raja di dunia, terus mengalami pergantian selama kerajaan itu masih ada.
Tahta, turun-temurun dari kakeknya, bapaknya, anak laki-lakinya, cucu laki-lakinya, hingga ke cicit lakinya. Terus begitu selama kerajaan itu masih berlangsung penguasaannya dalam tatanan yang akrab disebut pemerintahan. Makanya, sering digadang-gadang 'raja anu' diyakini sebagai titisan tuhan dan penerusnya adalah anak keturunan tuhan hingga pantas menjadi raja.
Demokrasi pun dijunjung dengan menyebut sistem ini sebagai bentuk 'modern' penguasaan seseorang terhadap hajat hidup orang banyak bahkan banyak sekali. Ini, kudu dikompetisikan dalam hajatan bernama Pemilu.
Tuhan harus modern juga !
Tuhan pun, akhirnya jadi brengsek dan terperosok jurang dosa. Proses demokrasi yang menginginkan tampuk kekuasaan digilir, perlu duit banyak. Umatnya pun dibohongi. Ga tahu dengan dasar apa tanah tempat umat tinggal, hidup dan mati, dikontrakin murah-murah. Sudah begitu, duitnya pun dikentit buat modal ngebohongi umat di pemilu mendatang.
Tuan, kamu sudah khianat. Lantas kemana lagi aku harus mencari surgamu? Sedangkan kalau menuju nerakamu gampang sekali jalannya.
Cukup menggampar muka orang di depan umum, sudah bisa mengantar ke dalam bui di mana di dalamnya sudah menunggu iblis-iblis yang juga mampu memberikan siksaan bak neraka.
"Bukan cuma ditonjokin atau Disodomi. Dipaksa onani dengan obat gosok pun aku pernah," kata seorang mantan narapidana dengan kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur.
Tuhan, memang menitis di dalam diri siapa saja. Namun, sifat ketuhanan yang ada di dalam diri manusia, jauh dari lengkap. Makanya, ada ungkapan 'tak ada manusia yang sempurna'.
Lantas, kalau tuhan saja bisa salah, khilaf dan terperosok dalam jurang dosa, pada siapa umatnya menyandarkan harapan untuk meraih surganya. Gampang, ikut jadi brengsek saja sekalian biar bisa tidur di hotel mewah. Toh, dewa keadilan juga sudah tidur pulas usai berzinah dengan pelacur cantik dan menghisap candu.
Itu tuh, dia. Bisa dilecehkan oleh lembaran kertas yang kata orang itu adalah duit. Tapi Tuhan yang sebenarnya, siapa yang tahu ?
sangat menginspirasi... good job
BalasHapushttp://baguspedia.com/senangpoker-com-agen-judi-poker-online-terpercaya-indonesia/